Skip to main content

Everyone is special

Ketika Ramadhan berakhir, di desa saya tidak terlihat sama sekali rona sedih ditinggal oleh bulan yang penuh berkah (padahal ketika kita sadar akan pahala di bulan itu, kita seharusnya sedih kan?). Semua orang bergembira dengan caranya sendiri-sendiri. Semua kegemberiaan seolah jadi satu ketika takbiran berlangsung.

Akan tetapi, kegembiraan itu segera berganti menjadi menakutkan ketika para pemuda dari desa saya (Krakalan, Bintaran Kulon), tidak terima dengan keputusan panitia yang tidak menjadikan rombongan mushola Krakalan sebagai juara dalam lomba takbiran. Mereka merasa bahwa mereka sudah berusaha sangat maksimal dengan membuat maskot takbiran yang bagus (dan memang sangat bagus - mereka membuat tank dari gabus yang sangat mirip dengan aslinya) yang dibuat dalam dua hari dua malam tanpa tidur.

Ketika pengumuman, mereka langsung menghancurkan maskot yang dibuat, dan kemudian sepanjang perjalanan pulang mereka menyebarkan gabus-gabus sisa-sisa maskot itu di tengah jalan.

Cerita ini semakin seru karena dua orang jurinya adalah dari keluarga kami, yaitu istri saya dan adik saya (sebenarnya kami sudah protes, tapi panitia bersikeras tidak mau menggantinya dengan alasan keputusan rapat). Dalam penilaian istri saya, sebenarnya rombongan mushola Krakalan berada di posisi 2, tapi karena dalam penilaian panitia, tidak hanya hasil takbiran yang diperhitungkan, tapi dari hasil CCA yang diadakan pas istirahat (dan kebetulan anak-anak TPA mushola Krakalan tu dieeeeem aja pas CCA), maka ya akhirnya tidak jadi masuk dalam 3 besar.

Cerita kali ini jauh semakin seru, karena dua malam berturut-turut setelahnya, rumah kami dilempari mercon sampai lebih dari sepuluh kali.

Dari pengalaman ini, saya kemudian merenung.

Bukankah setiap rombongan yang ada punya kelebihan sendiri-sendiri? Istilahnya "everyone is special". Ada yang menonjol dalam kekompakannya, ada yang menonjol dalam maskotnya, ada yang menonjol dalam kostumnya, ada yang menonjol dalam semangatnya, dan lain-lain. Kenapa tidak dihargai dengan kelebihan masing-masing itu? Bukankah akan lebih baik jika tidak dibuat juara 1 sampai 3, akan tetapi dibuat favorit maskot, favorit kompak, dan sebagainya...???

Ketika kita berpikir, bahwa "EVERYONE IS SPECIAL", maka kita bisa menghargai mereka apa adanya. Kita bisa melihat sisi positif dari seseorang, sehingga masing-masing orang juga akan merasa dihargai apa adanya.

Comments

Anonymous said…
Iya mas. EVERYONE IS SPECIAL. Kyk di permainan bola. Setiap posisi punya kelebihan sendiri2. Fungsi seorang bek tentu ndak mungkin disamakan dg striker.
Anonymous said…
terkadang orang memang tidak bisa memahami kerja keras yang sudah kita lakukan. mereka berfikir bahwa apa yang dilakukan oleh kita semata-mata karena sebuah pamrih kemanusiaan, padahal Wallahi, kita telah berusaha untuk berkiprah demi tegaknya kalimat Allah ...

sehingga, bagi kita yang ditimpa fitnah demikian, senantiasa bersabar, dan memiliki positive thinking, dan tidak menghentikan karya kita bagi umat .. itu adalah jalan yang terbaik ..

Popular posts from this blog

Find JIRA issues mentioned in Confluence Page

I have been walking through a lot of pages in internet but have not found any answer except one. However, the answer is not complete, so I will share my experience here. This feature is very useful, especially to summarize the issues found during certain tests, where the tests are reported in a confluence page. I found that there are so many questions about this, but Atlassian seems does not want to bother with this request. I found one way to do this by the following tricks Take one JIRA issue that related to the target confluence page (in this case, say it is GET-895) Find the global ID of a JIRA issue: http://bach.dc1.scram.com:8080/rest/api/latest/issue/GET-895/remotelink It will show the JSON like this: [{"id":28293,"self":"http://bach.dc1.scram.com:8080/rest/api/latest/issue/GET-895/remotelink/28293","globalId":"appId=662e1ccf-94da-3121-96ae-053d90587b29&pageId=105485659","application":{...

If and For in Wolfram Mathematica (with examples)

IF Condition in Wolfram Mathematica The syntax is as follows xxxxxxxxxx If [ condition , what to do if true , what to do if false ] Some examples Example 1. Simple command x x = - 3 ; If [ x < 0 , - x , x ] 3 Example 2. If condition in a function abs [ x_ ] := If [ x < 0 , - x , x ] abs /@ { - 3 , 2 , 0 , - 2 } { 3 , 2 , 0 , 2 }   For in Wolfram Mathematica The syntax is as follows For [ start , test , inc , what to do ] Some examples Example 1. Simple Loop xxxxxxxxxx For [ i = 0 , i < 4 , i ++, Print [ i ]] 0 1 2 3 Example 2. Another simple loop For [ i = 10 , i > 0 , i --, Print [ i ]] 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Example 3. Print list a = { 10 , 3 , 9 , 2 } For [ i = 1 , i < 5 , i ++, Print [ a [[ i ]]]] 10 3 9 2  

Android studio in ubuntu - problem: 'tools.jar' seems to be not in Android Studio classpath. Please ensure JAVA_HOME points to JDK rather than JRE.

I love coding, especially Java. Because Android apps is written in Java, I would love to make one as well. Unfortunately, when I tried to install Android Studio on my Ubuntu yesterday, I got this error message: 'tools.jar' seems to be not in Android Studio classpath. Please ensure JAVA_HOME points to JDK rather than JRE. When I google on this error, there are so many websites and forums discuss about this error as well as the solutions. However, in linux (or ubuntu in my case), sometime we have different environment so that the solution will not always work (sometimes we have to do another thing before or after that solution). And this also happen in this case. Here are what I did then: 1. Know what exactly the problem is: the problem is that the JAVA_HOME in my system did not point to JDK. Instead, it points to a JRE. JRE can only be used to run java applications, not to build them. 2. Check the java path used by the system. In terminal, I typed the following: ...