Ketika menghadapi tanggung jawab yang diberikan pada kita, terkadang muncul apa yang dinamakan sebagai penyakit excusitis. Excusitis adalah penyakit mencari sebab serta mencari alasan untuk menghindar dari tanggung jawab kita.
Kadang senjata yang kita pakai untuk mencari alasan adalah: "Maaf, tidak punya waktu, je.." atau "baru sakit", dan seribu alasan lain yang sebenarnya tidak layak kita jadikan alasan.
Suatu saat, pernah saya tanya kepada rekan saya kenapa beliau punya karya yang sangat banyak di antara aktivitasnya yang luar biasa. Sebut saja namanya adalah Pak F. Beliau adalah pejabat di sebuah fakultas di Jogja. Sejak awal kenal dengan beliau, saya langsung kagum, walaupun pejabat, tapi kok ya bisa karya beliau banyak sekali, mulai dari buku sampai jurnal internasional.
Jawaban beliau sederhana: "Kuncinya satu, Mas... galak pada diri sendiri".
(Seperti biasanya, sering ada kata-kata unik dalam apa yang beliau ucapkan)
Ya, benar... Galak pada diri sendiri memang jadi kunci keberhasilan kita. Sering kita galak pada orang lain, tapi kita membiarkan diri kita sendiri jadi pemalas, tukang telat, tukang tidur, dan lain-lain. Kalau kita galak pada diri sendiri, tentunya kita tidak akan membiarkan diri kita menjadi orang yang tidak berprestasi, yang tidak menggunakan waktunya dengan baik, dan lain-lain.
Dengan galak pada diri sendiri, kita akan mempunyai pengontrol yang akan selalu menyertai langkah kita, yaitu diri kita sendiri. Dengan pengontrol itu, maka setiap hidup kita akan berarti dan semakin berarti.
Selaras dengan hal ini, Allah SWT sebenarnya sudah memberikan rambu-rambu tegas agar kita mau mengatur diri kita sendiri, atau dengan kata-kata pak F tadi, galak pada diri kita sendiri, untuk selalu berada dalam hal-hal yang baik. Lihat saja di Al-Quran surat Al-'Ashr 1-3:
Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beramal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam hal kesabaran.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita akan menjadi orang yang rugi? Kalau kita tidak ingin, maka GALAKLAH PADA DIRI SENDIRI
Kadang senjata yang kita pakai untuk mencari alasan adalah: "Maaf, tidak punya waktu, je.." atau "baru sakit", dan seribu alasan lain yang sebenarnya tidak layak kita jadikan alasan.
Suatu saat, pernah saya tanya kepada rekan saya kenapa beliau punya karya yang sangat banyak di antara aktivitasnya yang luar biasa. Sebut saja namanya adalah Pak F. Beliau adalah pejabat di sebuah fakultas di Jogja. Sejak awal kenal dengan beliau, saya langsung kagum, walaupun pejabat, tapi kok ya bisa karya beliau banyak sekali, mulai dari buku sampai jurnal internasional.
Jawaban beliau sederhana: "Kuncinya satu, Mas... galak pada diri sendiri".
(Seperti biasanya, sering ada kata-kata unik dalam apa yang beliau ucapkan)
Ya, benar... Galak pada diri sendiri memang jadi kunci keberhasilan kita. Sering kita galak pada orang lain, tapi kita membiarkan diri kita sendiri jadi pemalas, tukang telat, tukang tidur, dan lain-lain. Kalau kita galak pada diri sendiri, tentunya kita tidak akan membiarkan diri kita menjadi orang yang tidak berprestasi, yang tidak menggunakan waktunya dengan baik, dan lain-lain.
Dengan galak pada diri sendiri, kita akan mempunyai pengontrol yang akan selalu menyertai langkah kita, yaitu diri kita sendiri. Dengan pengontrol itu, maka setiap hidup kita akan berarti dan semakin berarti.
Selaras dengan hal ini, Allah SWT sebenarnya sudah memberikan rambu-rambu tegas agar kita mau mengatur diri kita sendiri, atau dengan kata-kata pak F tadi, galak pada diri kita sendiri, untuk selalu berada dalam hal-hal yang baik. Lihat saja di Al-Quran surat Al-'Ashr 1-3:
Demi waktu. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali orang yang beramal shaleh dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam hal kesabaran.
Pertanyaannya sekarang: Apakah kita akan menjadi orang yang rugi? Kalau kita tidak ingin, maka GALAKLAH PADA DIRI SENDIRI
Comments