"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya siang dan malam, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi ulil albab" (QS. Ali Imran: 190).
Dulu, di SMP saya, ada percobaan fisika untuk membuat gasing warna. Intinya adalah kita membuat gasing yang kemudian di pinggir-pinggirnya kita beri warna bermacam-macam: merah, hijau, kuning, hitam, biru, coklat, dan lain-lain (kecuali warna putih). Gasing itu kemudian kita putar, dan.... kagetlah kita ketika itu, ternyata, yang muncul bukan lagi warna yang kita tempel-tempel tadi. Warna warna itu seolah hilang dan justru muncul satu warna yang tidak pernah kita munculkan sebelumnya yaitu warna putih.
Menurut saya, ini adalah pelajaran luar biasa dari Allah untuk kita, bahwa perbedaan di dunia ini memang selalu ada. Ketika perbedaan itu disinergikan, diarahkan ke satu arah yang sama, maka yang muncul bukan lagi warna merah, hijau, biru, dan lain-lain, akan tetapi yang muncul adalah warna yang suci dan bersih, yaitu putih.
Perbedaan-perbedaan dalam Islam misalnya, seyogyanya semua disikapi seperti itu. Biarlah Muhammadiyah ada, biarlah NU tetap ada, biarlah jama'ah tabligh ada, biarlah salafi ada, biarlah hizbut tahrir ada, biarlah ikhwanul muslimin tetap ada, biarlah fatah tetap ada, dan biarlah yang lain tetap ada. Kita tidak harus membakar bendera-bendera itu dan menyatukannya di bawah satu bendera tertentu. Cukuplah kita mensinergikan gerak-gerak mereka, maka insya Allah yang muncul adalah satu warna putih, yaitu Islam.
Ketika warna itu sudah muncul, maka itulah saat kejayaan Islam, dimana tidak ada kekuatan apapun di dunia ini yang bisa menandingi Islam. Ketika itu, hancurlah kekuatan Amerika dan Israel yang sekarang dengan pongah mengobrak abrik dunia. Ketika itu, Islam lah yang akan menguasai dunia dan akan membuat dunia ini jadi aman, tentram, damai, dan teratur.
mode: menantikan, sambil berusaha mengembalikan kejayaan Islam: on
Comments
Bagus juga dengan analogi Pak Arwan. Tetapi Pak, seperti yang diungkapkan oleh Pak Arwan tentang gasing warna, perlu ada sesuatu agar setiap warna bergerak secara sinergi.
Demikian juga dengan kelompok-kelompok Islam. Tidak mungkin kalau mereka berjalan-jalan sendiri akan muncul sinergi. Perlu ada sesuatu yang mensinergikan. Harus ada yg mengatur "gerak" agar sinergi.
Atau, seperti ide Pak Arwan, masing-masing mensinergikan sendiri "gerak"annya. Kalau idenya seperti ini, perlu ada hirarki sehingga diketahui kelompok mana yg akan men-sinergi-kan diri dan kelompok mana yg jadi acuan untuk sinergi. Kalau tidak ada hirarki, kasus yg sama terulang lagi, masing2 berjalan sendiri2. Dan sekali lagi.. jalan sendiri-sendiri tidak akan menghasilkan sinergi kecuali ada yang mensinergikan.
Allah SWT juga mengajarkan ini melalui alam. Kalau benda-benda langit berjalan sesuai kemauannya sendiri, alam ini bisa hancur karena tabrakan. Tetapi Allah SWT telah menentukan hukum alam untuk "mengatur" mereka sehingga benda-benda langit bergerak secara SINERGIS. Dan mereka mengikuti hukum alam itu baik dengan sukarela maupun terpaksa (lupa ayatnya dalam Al-Quran, maklum... ilmunya masih di buku, belum di hati)
Atau Pak Arwan punya ide lain, agar "gerak"an setiap kelompok itu sinergi?
Kalau menurut saya, sebenarnya Allah SWT juga sudah memberi petunjuk agar semua orang yang beriman itu SINERGIS. Bolehlah setiap orang beriman memprioritaskan 'gerak'an mereka. Tetapi masing2 harus tetap mengikuti petunjuk-Nya. Sekali lagi agar SINERGIS. Dan semua orang tahu, bahwa petunjuk itu adalah AL-QUR'AN dan HADITS Nabi SAW.
Mungkin akan timbul pertanyaan, bukankah masing2 mengaku sudah mengikuti petunjuk itu? Kenapa kenyataannya kelompok2 itu tidak SINERGIS?
Jawabannya cuma satu: karena masing2 kelompok lebih mengutamakan pendapat kelompoknya daripada mengikuti petunjuk Allah SWT. Ini analisa saya loh...
Ada komentar??
Wassalaam.