Dalam belajar atau menuntut ilmu, pengetahuan yang tidak kalah pentingnya dengan ilmu yang akan dipelajari adalah pengetahuan tentang adab menuntut ilmu. Pengetahuan tentang adab-adab mencari ilmu ini penting tidak hanya untuk menuntut ilmu syar'i, tapi juga semua jenis ilmu karena (http://abufawaz.wordpress.com/2013/08/29/urgensi-dan-faedah-mempelajari-adab-adab-menuntut-ilmu/):
Begitu banyak poin-poin penting di dalam kitab kecil tersebut tentang adab-adab menuntut ilmu, tapi di sini saya tuliskan beberapa saja yang saya anggap lebih prioritas daripada yang lain (bukan berarti yang lain tidak penting). Poin-poin tersebut saya coba jelaskan dan beberapa saya rangkum jadi satu poin dengan bahasa saya sendiri yang saya berusaha pahami dengan mencari web-web lain yang terpercaya. Semoga tidak ada pemahaman saya yang salah. Jika ada yang salah, mohon dikoreksi.
Postingan ini saya maksudkan untuk menasehati diri sendiri. Jika memang ada bagian yang bisa diambil manfaatnya oleh pembaca, maka saya mengucapkan Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Jika pembaca merasa mendapatkan manfaat darinya maka mohon berkenan untuk menyebarluaskan ilmunya. Saya berdo'a semoga penulis dan pembaca sama-sama menjadi orang yang senang mencari ilmu dan selalu taat pada adab-adabnya.
- Dapat membantu dan memudahkan perjalanan seorang hamba dalam menuntut ilmu.
- Dapat mengetahui ilmu apa yang harus diprioritaskan.
- Mengetahui bagaimana beraklhaq mulia terhadap guru, teman, orang tua, keluarga, dan orang lain
- Membuat ilmunya lebih bermanfaat dan barokah
- Menghiasi dirinya dengan sifat mulia seperti amanah, jujur, kasih sayang, dan lain-lain.
- Mengetahui bahwa lautan ilmu begitu luas, sehingga menghindarkan diri dari sombong, bangga diri, pamer, dan lain-lain.
- Ikhlash semata karena Allah ta'ala. Ikhlash dalam terminologi Islam tidak sama dengan iklas yang kita kenal dalam bahasa Jawa. Iklas dalam bahasa jawa sering kita artikan sebagai rela, tidak merasa berat, dan arti semacamnya. Ikhlas dalam agama kadang justru malah terasa tidak rela, terasa berat. Tapi meski terasa berat, sebuah amal tetap dianggap ikhlas ketika amal itu ditujukan hanya kepada Allah ta'ala.
- Bersemangat dalam menuntut ilmu. Dalam ilmu pendidikan, kita sering berbicara tentang pentingnya motivasi belajar. Motivasi belajar ini hendaklah tidak bergantung pada lingkungan (misal bagaimana cara dosen mengajar atau apakah fasilitas di kampus cukup atau tidak), tapi motivasi ini hendaknya ditumbuhkan dari diri sendiri. Jika seseorang bersemangat menuntut ilmu, maka keterbatasan seperti apapun tidak akan menghambat majunya seseorang, justru akan jadi tantangan dan cambuk untuk bisa lebih baik.
- Jika terlambat dalam sebuah majelis ilmu, hendaklah tidak mengucap salam karena akan mengganggu.
- Mengamalkan ilmu yang didapatkan. Sekecil apapun ilmu yang didapatkan, maka hendaklah kita berusaha mengamalkan ilmu kita. Tidak mengamalkan ilmu akan menghilangkan barakah dari ilmu tersebut. Hal ini berdasarkan firman Allah dalam QS As-Shaf: 2-3, yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan". Hal ini juga dikerjakan oleh Imam Ahmad. Beliau sudah mengamalkan hadis sebelum beliau menuliskannya.
- Membawa buku dan menulis bagian-bagian penting dalam pelajaran yang didapatnya kemudian memperhatikan dan selalu membaca ulang bacaan penting tersebut. Hal yang penting dicatat adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh penuntut ilmu yang lain berikut jawaban dari guru.
- Tidak memotong pembicaraan seorang guru sampai beliau selesai menerangkan. Berkata Ibnu Jauzi: "Jika pada saat belajar, seorang penuntut ilmu tidak paham suatu pelajaran, hendaklah dia bersabar sampai gurunya tersebut berhenti berbicara, lalu barulah bertanya dengan adab yang baik dan cara yang lembut". Adab yang baik dalam bertanya maksudnya tidak menanyakan sesuatu yang dibuat-buat atau mengajukan pertanyaan yang sudah diketahui jawabannya hanya untuk menguji guru atau bahkan menyingkapkan kelemahan gurunya.
- Mempunyai prioritas dalam menuntut ilmu, memulai dari hal-hal yang penting terlebih dahulu.
- Tidak merasa sombong atau merasa sudah pandai. Termasuk di dalamnya tidak menjawab kecuali dengan ilmu dan tidak sungkan mengatakan tidak tahu untuk sesuatu yang tidak diyakini jawbannya.
- Teliti dalam mengambil perkataan orang lain. Tidak menyebutkan referensi melainkan setelah membaca langsung referensi tersebut.
- Bersemangat untuk mencari ilmu yang baru, salah satunya dengan sering mengunjungi toko buku atau internet.
- Tidak menyibukkan diri dengan kegiatan yang sifatnya sia-sia.
Begitu banyak poin-poin penting di dalam kitab kecil tersebut tentang adab-adab menuntut ilmu, tapi di sini saya tuliskan beberapa saja yang saya anggap lebih prioritas daripada yang lain (bukan berarti yang lain tidak penting). Poin-poin tersebut saya coba jelaskan dan beberapa saya rangkum jadi satu poin dengan bahasa saya sendiri yang saya berusaha pahami dengan mencari web-web lain yang terpercaya. Semoga tidak ada pemahaman saya yang salah. Jika ada yang salah, mohon dikoreksi.
Postingan ini saya maksudkan untuk menasehati diri sendiri. Jika memang ada bagian yang bisa diambil manfaatnya oleh pembaca, maka saya mengucapkan Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin. Jika pembaca merasa mendapatkan manfaat darinya maka mohon berkenan untuk menyebarluaskan ilmunya. Saya berdo'a semoga penulis dan pembaca sama-sama menjadi orang yang senang mencari ilmu dan selalu taat pada adab-adabnya.
Comments