Sejak SD dulu, setiap malam minggu saya selalu nglurug ngaji di desa istri saya. Ketika itu, saya melihat ada keluarbiasaan dalam semangat warga desa dalam melaksanakan agama. Masjid selalu penuh dengan anak muda, seusia saya (ketika itu), seadik saya, di atas saya, bapak-bapak, dan ibu-ibu. Semuanya semangat shalat 5 waktu di masjid. Selain itu, suasana sehari-hari juga sangat islami. Ibu-ibu dan remaja putri hampir semuanya berjilbab. Pengajian ada untuk semua level usia, mulai dari pengajian anak-anak, pra remaja, remaja, bapak-bapak, dan ibu-ibu. Dan semuanya ramai. Ah, indahnya suasana saat itu.
Akan tetapi, kini suasananya begitu berbeda. Masjid isinya sama dengan masjid yang lain. Hampir semuanya orang tua. Jilbab sudah mulai dilupakan orang. Pinjam istilahnya pak tifatul, si presiden pks, jilbab kini dianggap hanya selembar kain yang tidak perlu dipermasalahkan.
Pertanyaan: mengapa mereka begitu mudah dan siap menerima perubahan ke arah yang tidak baik itu? Dalam waktu yang relatif singkat pula.
Ilustrasi 2
Seorang guru TPA sedang galau, beliau yang sudah ngajar selama bertahun-tahun sejak beliau masin SMA, tiba-tiba dicurigai oleh orang tua santri. Santrinya pun kini bertambah semakin sedikit, karena sedikit orang tua yang mau menitipkan anaknya ke TPAnya.
Usut punya usut. Ternyata masalahnya sederhana. Orang tua mencurigai ustadz tersebut sudah masuk aliran macem-macem, hanya gara-gara ustadz itu berjenggot.
Pertanyaan: mengapa masyarakat justru mencurigai orang yang mau mengamalkan sunnah rasul? Mengapa mereka justru tidak siap dengan perubahan ke arah kebaikan?
itulah yang saya sebut sebagai jurang kesiapan. Di satu sisi, masyarakat dengan mudah, siap menerima kemaksiatan untuk masuk dan mendarah daging. Akan tetapi, di sisi lain mereka sulit menerima kebaikan, tidak siap dan bahkan justru menganggapnya asing dan mencurigakan.
kalau kita pakai istilahnya ustadz agus salim dalam pengajian malam selasa semalam, memang masyarakat sekarang banyak yang hatinya tidak sehat, sehingga perlu disehatkan dengan dakwah. Dakwah yang bisa menyadarkan kembali, dakwah yang bisa mencerahkan kembali. Bismillah.
Quote
dakwah bukanlah proses untuk cari massa sebanyak-banyaknya, tapi dakwah adalah suatu proses untuk menyehatkan hati dan memberikan kesadaran, kemudian mengkoordinir orang-orang yang sadar itu dalam sebuah gerakan yang sinergis.
Sent from my heart
Powered by silaturahim
Comments
Selain itu, dakwah ternyata harus selalu memuat 2 hal: amar ma'ruf dan nahi mungkar. Keduanya tidak bisa dipisahkan. Apalagi nahi mungkar, sangat-sangat penting. Karena kita tahu bahwa kemungkaran itu lebih mudah menyebar dibanding ke"ma'ruf"an. Tanpa diperintah, orang akan gampang meniru kemungkaran. Dan resikonya, nahi mungkar itu akan lebih berat.