Seorang ayah yang bijak menyuruh anaknya menancapkan beberapa paku di sebuah batang kayu, kemudian setelah itu memintanya untuk mencabutnya satu demi satu sampai semua paku tersebut tercabut dari batang kayu itu. Anak itu kemudian berkata: "Ayah, untuk apa aku menancapkan paku kemudian mencabutnya lagi?" Ayahnya berkata: "Anakku, itu adalah sebuah perumpamaan. Paku yang kau tancapkan itu seperti sebuah luka yang kau berikan pada hati seseorang. Kemudian ketika kau mencabutnya, itu ibarat usahamu untuk meminta maaf kepadanya. Lihatlah, bahwa paku itu mungkin bisa kau cabut semuanya, akan tetapi kau tetap tidak bisa menghilangkan sisa dari tancapan paku itu"