Skip to main content

Yang Paling Lucu yang Menang

Pada Bulan Ramadhan ini, semua pihak ingin ikut serta dalam memeriahkannya. Salah satu pihak yang bersikeras untuk ikut memeriahkan (dan meraup untung sebanyak-banyaknya) dari ramadhan ini adalah media. Seperti kita lihat, pada bulan ramadhan ini media berlomba-lomba untuk menampilkan acara yang paling menarik bagi pemirsa, sehingga stasiun tv mereka yang dipilih. Logika media adalah: semakin menarik acara, semakin banyak yang nonton. Ketika semakin banyak orang nonton, maka semakin banyak yang ingin beriklan. Semakin banyak yang beriklan, maka duit yang diraup semakin banyak.

Salah satu fenomena yang saya lihat dalam upaya meraih perhatian pemirsa ini adalah dengan lomba lucu. Lihat saja, ketika sahur, bukannya suasana hikmat yang dimunculkan, tapi perlombaan lucu-lucuan antar stasiun tivi. Yang muncul di tivi justru bukan orang-orang yang bisa memberikan bekal hikmah untuk seharian nanti, tapi justru orang-orang yang bisa melucu, seperti Komeng, Tesi, Tukul, dan lain-lain.

Tidak semua stasiun tivi seperti itu. Ada dua stasiun tivi yang saya sangat salut karena tidak terpengaruh dengan jor-joran perlombaan lucu-lucuan itu. Dua stasiun tivi itu adalah TVRI dan Metro TV. Keduanya menampilkan acara penuh hikmah bersama ustadz/ustadzah yang membahas permasalahan-permasalahan kehidupan.

Nampaknya, stasiun-stasiun TV itu sudah banyak yang mulai kehilangan arah dalam program-programnya, sehingga yang mereka lakukan hanyalah mengikut trend yang ada. Ketika acara masaknya pak bondan digemari, tiba-tiba di TV lain muncul acara serupa. Ketika si entong digemari anak-anak, tiba-tiba di RCTI juga muncul si eneng dengan konsep hampir sama. Ketika sinetron mulai digemari dulu, tiba-tiba di semua stasiun TV juga menampilkan sinetron. Nha, di bulan ramadhan ini ketika ramadhan kemarin acara yang lucu di beberapa TV swasta banyak digemari, ramadhan kali ini konsep itu dipakai di semua TV swasta kecuali Metro.

Ealah… gimana toooo televisi kita???

Comments

Bisa nggak, pak, kalau dianggap bahwa acara televisi itu mencerminkan masyarakat kita?
Bukan bermaksud membenarkan televisi, tetapi sebenarnya televisi sendiri juga mengadakan sebuah acara karena banyak orang yang nonton. Artinya, kalau acara televisi banyak yang menayangkan sinetron yang tidak realistis, maka itu disebabkan masyarakat kita memang lebih suka nonton sinetron yang tidak realistis.
Demikian juga di bulan Ramadhan ini. Acara televisi banyak yg menampilkan acara lucu-lucuan dibandingkan dengan acara tentang telaah keagamaan. Artinya memang masyarakat kita saat ini lebih suka beribadah puasa sambil nonton yang lucu, dibandingkan menambah pengetahuan agamanya.

Namun, saya tetap setuju dengan tulisan Pak Arwan, bahwa televisi kita tidak punya arah. Dan salut buat yang masih tetap konsisten dengan arahnya tanpa terpengaruh oleh selera pasar, yang kemungkinan memang tidak sepenuhnya benar.
Anonymous said…
ya memang begitu pak!

kalo ntar peminat nya dikit!tar stasiun tv nya bangkrut dong!

tapi ya kalo di lanjutin tanpa arah ya tetep rancu juga!

memang bagai buah simalakama!

Popular posts from this blog

Find JIRA issues mentioned in Confluence Page

I have been walking through a lot of pages in internet but have not found any answer except one. However, the answer is not complete, so I will share my experience here. This feature is very useful, especially to summarize the issues found during certain tests, where the tests are reported in a confluence page. I found that there are so many questions about this, but Atlassian seems does not want to bother with this request. I found one way to do this by the following tricks Take one JIRA issue that related to the target confluence page (in this case, say it is GET-895) Find the global ID of a JIRA issue: http://bach.dc1.scram.com:8080/rest/api/latest/issue/GET-895/remotelink It will show the JSON like this: [{"id":28293,"self":"http://bach.dc1.scram.com:8080/rest/api/latest/issue/GET-895/remotelink/28293","globalId":"appId=662e1ccf-94da-3121-96ae-053d90587b29&pageId=105485659","application":{...

If and For in Wolfram Mathematica (with examples)

IF Condition in Wolfram Mathematica The syntax is as follows xxxxxxxxxx If [ condition , what to do if true , what to do if false ] Some examples Example 1. Simple command x x = - 3 ; If [ x < 0 , - x , x ] 3 Example 2. If condition in a function abs [ x_ ] := If [ x < 0 , - x , x ] abs /@ { - 3 , 2 , 0 , - 2 } { 3 , 2 , 0 , 2 }   For in Wolfram Mathematica The syntax is as follows For [ start , test , inc , what to do ] Some examples Example 1. Simple Loop xxxxxxxxxx For [ i = 0 , i < 4 , i ++, Print [ i ]] 0 1 2 3 Example 2. Another simple loop For [ i = 10 , i > 0 , i --, Print [ i ]] 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Example 3. Print list a = { 10 , 3 , 9 , 2 } For [ i = 1 , i < 5 , i ++, Print [ a [[ i ]]]] 10 3 9 2  

Android studio in ubuntu - problem: 'tools.jar' seems to be not in Android Studio classpath. Please ensure JAVA_HOME points to JDK rather than JRE.

I love coding, especially Java. Because Android apps is written in Java, I would love to make one as well. Unfortunately, when I tried to install Android Studio on my Ubuntu yesterday, I got this error message: 'tools.jar' seems to be not in Android Studio classpath. Please ensure JAVA_HOME points to JDK rather than JRE. When I google on this error, there are so many websites and forums discuss about this error as well as the solutions. However, in linux (or ubuntu in my case), sometime we have different environment so that the solution will not always work (sometimes we have to do another thing before or after that solution). And this also happen in this case. Here are what I did then: 1. Know what exactly the problem is: the problem is that the JAVA_HOME in my system did not point to JDK. Instead, it points to a JRE. JRE can only be used to run java applications, not to build them. 2. Check the java path used by the system. In terminal, I typed the following: ...